Mengenal Kelompok Tani Usaha Taay Kampung Linggang Jelmuq Kecamatan Tering

diskan.kutaibaratkab.go.id. – Sendawar, Dimulai dengan kegigihan untuk mencoba peruntungan di sektor perikanan, sekalipun mencetak beberapa unit kolam dengan cara manual, akhirnya hasil  manis kerja keras membuahkan hasil.  Tak disangka aktifitas pak Masrin warga Kampung Linggang Jelmuq ternyata menarik perhatian beberapa warga lainnya untuk memulai usaha pembudidayaan ikan. Sehingga akhirnya atas kesepakatan bersama warga yang mengelola usaha ini sepakat untuk membentuk Kelompok yang diberi nama Usaha Taay yang dalam bahasa Indonesia berarti Usaha Kita.

Diskusi dengan Dinas Perikanan Kabupaten Kutai Barat di Lokasi Usaha Kelompok Usaha Taay Kampung Linggang Jelmuq Kecamatan Tering

Pada awalnya hanya dikerjakan secara manual dengan memanfaatkan waktu luang sehingga tercetak beberapa unit kolam. Namun seiring perkembangan maka dicetak pula kolam lain dengan ukuran yang lebih besar.  Usaha yang telah berjalan selama lebih kurang 4 (empat) Tahun untuk kegiatan pembesaran ikan, awalnya hanya memelihara 5 (lima) ekor ikan nila, dan ikan lele 10 (sepuluh) ekor dengan beberapa kali percobaan akhirnya ikan ini berkembang, bahkan mampu untuk menjual benih ke warga yang membutuhkan, selain menjual ikan untuk konsumsi. Selain lele dan nila, juga dipelihara ikan gabus dan beberapa ikan lokal lainnya.  Dari penuturan pak Masrin, ketua Kelompok Tani Samaan Taay, mampu mengahasilkan ikan sebanyak 50 (lima puluh) kg perminggu yang dipasarkan ke beberapa pasar tradisional di Sendawar.  Disinggung mengenai keuntungan yang diperoleh, Masrin tidak menampik bahwa usaha ini masih cukup menguntungkan untuk diusahakan. Dari beberapa jenis ikan yang dibudidayakan ternyata ikan gabus memiliki peluang bernilai ekonomis tinggi, karena paling diminati serta memiliki harga yang cukup mahal.

Salah satu unit kolam milik Masrin, Ketua Kelompok Tani Usaha Taay Kampung Linggang Jelmuq Kecamatan Tering

“Dari pengalaman saya ikan gabus memberikan untung yang lumayan, karena harganya mahal, dan paling banyak dicari” ujar Masrin.  Ketika ditanya mengenai cara membudiyakan ikan gabus, Masrin mengatakan bahwa sebagian besar benih berasal dari alam, dan sebagian lagi merupakan perkawinan secara alami dalam kolam, dan untuk pakan ikan ini dibiasakan untuk memakan pellet ikan.  Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Kutai Barat, S.A. Samson melalui Kepala Bidang Pemberdayaan Nelayan dan Pembudidaya Perikanan, Jakaria secara terpisah menyebutkan bahwa biaya operasional terbesar dalam usaha pembudidayaan ikan terletak pada biaya penyediaan pakan. “Biaya yang dikeluarkan oleh pembudidaya sekitar 60%-70% ada di penyiapan pakan, oleh karena itu pakan yang tepat nutrisi, efisiensi pemberian pakan, serta pakan alami dari alam sangat menentukan nilai keuntungan yang diperoleh oleh para pelaku usaha budidaya” ujar Jakaria. Seiring dengan kebutuhan pakan yang lumayan besar maka kelompok ini berharap ada perhatian Pemerintah untuk membantu meringankan biaya pakan. (jack/27/03/2021).

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *